Komersialisasi Pendidikan dan Kehilangan Esensi Mahasiswa

 

Dalam era komersialisasi pendidikan yang digempur oleh digitalisasi, citra kampus tidak lagi diukur dari mutu intelektual mahasiswanya, melainkan dari seberapa banyak perhatian yang mereka dapatkan di media sosial. Kampus-kampus bersaing memperebutkan atensi dengan menjadikan mahasiswanya sebagai boneka branding, mengkomodifikasi mereka sebagai alat untuk mendongkrak pamor semu. Prestasi mahasiswa di bidang akademik atau internasional diumbar di media sosial seolah menjadi penutup atas problematika pendidikan yang menggerogoti inti kampus. Bahkan, foto-foto liburan mahasiswa dengan logo kampus menjadi bahan pamer yang tak terelakkan.

Ironisnya, di balik gemerlap citra ini, terabaikanlah esensi sejati mahasiswa sebagai pembelajar kritis dan agen perubahan. Prestasi dikejar tanpa kedalaman pemahaman, pengalaman dibungkus dengan estetika media sosial tanpa substansi yang bermakna. Kampus telah menjelma menjadi agensi influencer, di mana mahasiswanya dijadikan talenta yang dipasarkan untuk menarik minat calon mahasiswa baru.


Namun, di tengah arus komodifikasi diri ini, masih ada harapan. Mahasiswa memiliki peran kunci dalam menentukan arah pendidikan. Mereka harus berani menentang menjadi boneka branding, menolak menjadi alat propaganda, dan memperjuangkan pendidikan yang berfokus pada pengembangan intelektualitas dan integritas. Hanya dengan mengembalikan esensi mahasiswa sebagai pembelajar kritis dan agen perubahan, kampus dapat melepaskan diri dari jeratan komersialisasi dan kembali menjadi menara gading yang memancarkan sinar intelektualitas sejati.


Penulis : A. Agym B., Wahyu Wijaya K.

Ilustrasi : Admin

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama